Blitar: Sejuta Cerita Bumi Sang Proklamator
Oleh: Alfan
RakyatIndonesia.id - Blitar, sebuah kota kecil di Jawa Timur, memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Kota ini merupakan tempat kelahiran dan perjuangan bagi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, proklamator kemerdekaan Indonesia.
Sejarah Blitar sendiri bermula dari zaman kuno, ketika kota ini masih merupakan sebuah desa kecil yang terletak di jalur perdagangan antara Jawa dan Bali. Namun, Blitar mulai berkembang pesat pada abad ke-19, ketika pemerintah kolonial Belanda membangun infrastruktur dan fasilitas umum di kota ini.
Blitar memiliki banyak tempat-tempat bersejarah yang terkait dengan kehidupan dan perjuangan Ir. Soekarno. Salah satu tempat yang paling terkenal adalah rumah kelahiran Soekarno, yang kini telah menjadi museum dan tempat wisata. Di rumah ini, Soekarno menghabiskan masa kecilnya dan mulai mengembangkan ide-ide dan semangat perjuangannya.
Selain itu, Blitar juga memiliki banyak landmark lainnya yang terkait dengan sejarah dan budaya kota ini. Salah satu contoh adalah Masjid Agung Blitar, yang merupakan salah satu masjid tertua di Jawa Timur. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik dan indah, dengan perpaduan gaya tradisional dan modern.
Dengan demikian, Blitar merupakan sebuah kota yang memiliki kekayaan sejarah, budaya, dan alam yang luar biasa. Kota ini merupakan tempat yang ideal bagi wisatawan yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang sejarah dan budaya Indonesia, serta menikmati keindahan alam yang luar biasa. Blitar memang sebuah kota yang memiliki sejuta cerita, dan setiap cerita memiliki keunikan dan keindahan tersendiri.
Sejarah Blitar
Berdasarkan legenda, dahulu bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menguasai daerah Blitar yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya tersebut kemudian mengutus Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar.
Keberuntungan berpihak pada Nilasuwarna, ia dapat mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar I untuk kemudian memimpin daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali pulangnya bangsa Tartar.
Akan tetapi, pada perkembangannya terjadi konflik antara Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Konflik ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri Aryo Blitar I.
Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih takhta dengan gelar Adipati Aryo Blitar II. Akan tetapi, pemberontakan kembali terjadi. Aryo Blitar II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan Joko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda. Sebenarnya, rakyat Blitar yang multietnis saat itu telah melakukan perlawanan, tetapi dapat diredam oleh Belanda.
Kota Blitar mulai berstatus gemeente (kotapraja) pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 150/1906. Pada tahun itu, juga dibentuk beberapa kota lain di Pulau Jawa, antara lain Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Kota Magelang, Samarang, Salatiga, Madioen, Soerabaja, dan Pasoeroean.
Dengan statusnya sebagai gemeente, selanjutnya di Blitar juga dibentuk Dewan Kotapradja Blitar yang beranggotakan 13 orang dan mendapatkan subsidi sebesar 11.850 gulden dari Pemerintah Hindia Belanda. Untuk sementara, jabatan burgemeester (wali kota) dirangkap oleh Residen Kediri.
Pada zaman pendudukan Jepang, berdasarkan Osamu Seirei tahun 1942, kota ini disebut sebagai Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan dipimpin oleh seorang shi-chō.
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 17/1950, Kota Blitar ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas wilayah 16,1 km². Dalam perkembangannya, nama kota ini kemudian diubah lagi menjadi Kotamadya Blitar berdasarkan Undang-Undang No. 18/1965. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48/1982, luas wilayah Kotamadya Blitar ditambah menjadi 32,58 km² yang diambil dari sebagian wilayah Kabupaten Blitar yang berbatasan dengan wilayah Kota , serta dikembangkan dari satu menjadi tiga kecamatan dengan dua puluh kelurahan. Terakhir, berdasarkan Undang-Undang No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah menjadi Kota Blitar. Red
Komentar
Posting Komentar