Malang: Oase Keasrian di Jantung Bumi Kanjuruan
Oleh: Alfan
Napak Tilas Sejarah yang Berdampingan dengan Alam
Bumi Kanjuruhan tidak hanya sekadar kawasan administratif. Ia adalah tempat yang sarat nilai historis. Di sinilah dahulu berdiri Kerajaan Kanjuruhan, kerajaan Hindu tertua di Jawa Timur yang jejaknya masih bisa dirasakan melalui situs-situs bersejarah dan tradisi budaya masyarakatnya. Meski waktu terus bergulir, kawasan ini tetap setia menjaga karakter alaminya.
Pohon-pohon besar menaungi jalanan desa dan kawasan kota, memberikan rasa sejuk yang tak ditemukan di kota-kota besar. Sungai-sungai kecil mengalir jernih melewati perkampungan dan sawah, menjadi saksi bisu kehidupan masyarakat yang dekat dengan alam. Sawah hijau terbentang luas, berpadu dengan udara pegunungan yang segar – menjadi penyejuk jiwa bagi siapa pun yang singgah.
Keasrian yang Dijaga Bersama
Salah satu kunci dari keasrian Bumi Kanjuruhan adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Kesadaran ekologis bukan hal asing di sini. Banyak warga masih menjalankan sistem pertanian tradisional yang ramah lingkungan, seperti tanam-tumbuh berkelanjutan tanpa bahan kimia berlebih.
Di beberapa desa, seperti Kepanjen dan Pakisaji, warga aktif mengelola bank sampah dan taman hijau bersama. Bahkan anak-anak sekolah dibiasakan menanam pohon, mengenali jenis tanaman lokal, serta dilibatkan dalam kegiatan daur ulang. Semangat menjaga bumi bukan hanya narasi, tapi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Pemerintah Kabupaten Malang pun mendukung penuh upaya ini. Program penghijauan, konservasi air tanah, serta pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi bagian penting dalam perencanaan tata wilayah. Di tengah pembangunan fasilitas modern seperti stadion, gedung pemerintahan, dan pusat ekonomi, kawasan hijau tetap dipertahankan.
Wisata Alam dan Edukasi: Perpaduan Menarik
Keasrian Bumi Kanjuruhan juga membuka peluang besar dalam sektor wisata. Kawasan ini cocok dikembangkan sebagai destinasi ekowisata dan wisata edukasi. Beberapa desa sudah merintis wisata berbasis pertanian organik, petualangan alam, hingga kunjungan budaya.
Wisatawan yang datang tidak hanya menikmati panorama, tapi juga diajak belajar menanam padi, meracik jamu tradisional, atau mengikuti upacara adat. Kegiatan seperti ini menciptakan hubungan yang lebih dalam antara pengunjung dan alam sekitar, sekaligus meningkatkan pendapatan warga lokal tanpa merusak lingkungan.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Namun, menjaga keasrian bukan tanpa tantangan. Ancaman alih fungsi lahan, limbah industri, dan tekanan pembangunan terus mengintai. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan yang konsisten dan partisipasi lintas sektor agar Bumi Kanjuruhan tetap lestari.
Kesadaran generasi muda menjadi harapan utama. Pendidikan lingkungan harus terus digalakkan, tidak hanya di sekolah, tetapi juga dalam keluarga dan komunitas. Budaya lokal yang mengajarkan kearifan hidup berdampingan dengan alam perlu terus diwariskan dan dikembangkan sesuai zaman.
Penutup: Warisan Hijau untuk Masa Depan
Bumi Kanjuruhan bukan hanya tempat di peta. Ia adalah simbol dari apa yang bisa dicapai ketika manusia menghormati dan menjaga alam. Di tengah arus globalisasi, Bumi Kanjuruhan berdiri sebagai pengingat bahwa kemajuan tidak harus berarti kehilangan. Ia adalah warisan hijau yang patut dibanggakan – bukan hanya oleh warga Malang, tetapi oleh seluruh bangsa Indonesia. Red-rakin
Komentar
Posting Komentar