Bumi Menak Koncar : Jejak Sejarah Pahlawan Lokal yang Bangkit di Tengah Kota Lumajang


Oleh. Alfan

RakyatIndonesia.id – Di balik pesona estetikanya yang kini menjadi daya tarik wisata, Bumi Menak Koncar ternyata menyimpan kisah sejarah yang mendalam tentang tokoh legendaris asal Lumajang, yakni Menak Koncar. Taman ini tidak sekadar ruang terbuka hijau, tetapi juga merupakan simbol penghormatan terhadap perjuangan dan nilai-nilai luhur warisan leluhur masyarakat Lumajang.

Menak Koncar dikenal sebagai sosok pahlawan rakyat dalam cerita tutur masyarakat Lumajang. Ia digambarkan sebagai kesatria gagah berani yang berjuang melawan ketidakadilan dan penjajahan di wilayah timur Pulau Jawa. Nama "Menak" sendiri merupakan gelar bangsawan atau prajurit, sementara "Koncar" berasal dari kata "kuncara", yang berarti terkenal atau bersinar.

Menurut sejarawan lokal, kisah Menak Koncar telah diceritakan turun-temurun dalam bentuk tembang Jawa, ludruk, dan pertunjukan wayang rakyat. Tokoh ini diyakini hidup pada masa kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur sebelum masuknya pengaruh besar Kerajaan Majapahit.

“Menak Koncar adalah representasi dari semangat rakyat Lumajang yang mandiri, berani, dan cinta tanah air. Ia adalah simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan,” jelas Drs. Hadi Wicaksono, peneliti budaya Lumajang.

Bumi Menak Koncar dibangun sebagai ruang publik yang membawa kembali cerita-cerita lokal ke dalam ruang modern. Patung kuda yang berdiri tegak di tengah taman adalah simbol dari Menak Koncar sendiri—seorang pejuang berkuda yang pantang mundur.

Selain patung dan taman hijau, kawasan ini juga memuat prasasti kecil yang memuat narasi sejarah singkat tentang Menak Koncar. Pemerintah daerah berencana menambahkan ruang informasi digital dan panggung pertunjukan rakyat agar pengunjung dapat menikmati sekaligus mempelajari sejarah secara interaktif.

“Harapan kami, generasi muda tidak hanya datang untuk berfoto, tetapi juga membawa pulang pengetahuan tentang siapa Menak Koncar itu dan mengapa kita harus bangga akan sejarah kita,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Lumajang, Retno Maharani.

Sebagai bagian dari revitalisasi sejarah lokal, Bumi Menak Koncar menjadi saksi bahwa cerita-cerita besar tidak harus datang dari tokoh nasional. Dari jantung Lumajang, kisah Menak Koncar kini bangkit kembali—dalam bentuk yang lebih nyata dan dekat dengan masyarakat. (Red)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solidaritas Pemuda Plintahan Gelar Gema Takbir Keliling Berhadiah dalam Rangka Peringatan Hari Raya Idul Adha 1446 H

Antusiasme Warga Dusun Plintahan RT 04 RW 02 Rayakan Hari Raya Idhul Adha

Pandai Besi: Warisan Nenek Moyang yang Hampir Punah Tergerus Jaman